Powered by Blogger.
RSS

Makna Sebuah Titipan

Seringkali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan-Nya
bahwa rumahku hanya titipan-Nya
bahwa hartaku hanya titipan-Nya
bahwa putraku hanya titipan-Nya
tetapi, megnapa aku tak pernah bertanya, mengapa  Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia mentipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya ini?
Adakah aku memiliki justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
ku sebut dengan panggilan apa saja untuk melukuskan bahwa itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah, lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, ku tolak kemiskinan
Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah selakyaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang dan bukan Kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku" dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku
Gusti (baca : Allah), padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

(Puisi : Rendra)
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment